Aplikasi BRIMobile New

Bagi BriMania yang pengen aplikasi SMSBanking Terbaru Kelebihannya sudah dilengkapi dengan fasilitas Transfer antar Bank. Terima Kasih. Selamat Menikmati Fasilitasnya. Download aja disini

http://rapidshare.com/files/390378184/BRIMobile.rar.html
http://www.sendspace.com/file/hs9oia

OPERASI MATA GRATIS

NAMA SAYA NORMAWATI, YANG SEDANG MENDERITA KEBUTAAN, MEMINTA PERTOLONGAN KEPADA SIAPA SAJA DIDUNIA INI YANG MASIH MEMILIKI HATI. SAYA INI WANITA BERUSIA 27 TAHUN, TIDAK DAPAT MELIHAT SEJAK USIA 16 TAHUN, BAGI SIAPAPUN DIANTARA TEMAN-TEMAN YANG MEMILIKI INFORMASI TENTANG OPERASI MATA GRATIS TOLONG HUBUNGI KAMI SECEPATNYA. KAMI SANGAT BERTERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA. SEMOGA TUHAN MEMBALAS JASA TEMAN-TEMAN YANG MAU MEMBANTU KAMI.

CONTACT PERSONS : - 081343554020 (BURHAN)
- 081254077281 (NORMAWATI)

Senin, 01 Juni 2009

Remaja Jenius Kelahiran Irak Pecahkan Teka-teki Matematika

Stockholm (ANTARA News/AFP) - Seorang pendatang Irak yang berusia 16 tahun dan menetap di Swedia telah memecahkan teka-taki matematika, padahal para ahli telah dibuat pusing selama 300 tahun, demikian laporan media Swedia, Kamis (28/5).

Hanya dalam waktu empat bulan, Mohamed Attoumaimi telah menemukan satu rumus yang menjelaskan dan menyederhanakan apa yang disebut kumpulan nomor Bernoulli, rangkaian hitungan yang diberi nama ahli matematika Swiss Abad XVII, Jacob Bernoulli, demikian laporan surat kabar Dagens Nyheter.

Mohamed, yang datang ke Swedia enam tahun lalu, mengatakan pada guru di sekolah menengah di Falun, Swedia tengah, mulanya tidak yakin dengan pekerjaannya.

"Ketika pertama kali saya memperlihatkan itu kepada semua guru saya, tak seorang pun berpendapat rumus yang telah saya tulis benar-benar berhasil," kata Mohamed kepada harian Falu Kuriren.

Ia kemudian menghubungi para profesor di Uppsala University, salah satu lembaga pendidikan kenamaan di Swedia, untuk meminta mereka memeriksa hasil pekerjaannya.

Setelah mengubrak-abrik buku catatannya, para profesor tersebut mendapati pekerjaan Mohamed terbukti benar dan menawarkan dia tempat di Uppsala.

Tetapi untuk sekarang, Mohamed memusatkan perhatian pada pelajaran sekolahnya dan berencana mengikuti pelajaran musim panas dalam bidang fisika dan matematik tingkat tinggi tahun ini.

"Saya ingin menjadi peneliti dalam bidang fisika atau matematik; saya benar-benar menyukai kedua bidang itu. Tetapi saya harus meningkatkan kemampuan di bidang Bahasa Inggris dan ilmu sosial," katanya kepada Falu Kuriren.(*)
READ MORE - Remaja Jenius Kelahiran Irak Pecahkan Teka-teki Matematika
SELENGKAPNYA - Remaja Jenius Kelahiran Irak Pecahkan Teka-teki Matematika

Sabtu, 30 Mei 2009

Ahmadiyah Masih Dalam Koridor Islami


Tulisan KH A Mustain Syafi'i MA, Pengasuh Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA, dalam edisi 12 Juni 2008 dengan judul 'Mengukur Keimanan Ahmadiyah' mendapatkan tanggapan dari KH Miftachul Akhyar, Rais Syuriyah PWNU Jatim, Pengasuh Pondok Pesantren Miftahus Sunnah Kedung Tarukan Surabaya pada edisi 14 Juni 2008 di halaman 2 dengan judul 'Tanggapan Atas Tanggapan Mengukur Keimanan Ahmadiyah'. Berikut ini tanggapan balik KH A Mustain Syafi'i MA atas tanggapan yang disampaikan KH Miftachul Akhyar. Redaksi

Kami haturkan banyak terima kasih dumateng romo KH Miftachul Akhyar yang telah menanggapi tulisan al-faqir, "Mengukur Keimanan Ahmadiyah". Mudah-mudahan nasihat beliau menyejukkan hati umat Islam dan memberikan pencerahan memahami keberagamaan dan keberagaman di negeri ini.

Tanggapan yang sangat bagus dengan menunjuk berbagai referensi: al-Raudlah, Fath al-Bary, al-Zawajir, al-Fatawa dll. Tapi sayang, tidak mengungkap apalagi menganalisis isinya sehingga pembaca tahu materi sanggahannya.

Sesungguhnya harapan kami adalah tanggapan tentang ukuran keimanan seperti yang sudah kami papar dalam tiga skoring berikut dalil dan analisisnya (HARIAN BANGSA: 12-6-2008). Sebab, dengan skoring inilah keimanan seseorang atau kelompok bisa dianggap sah dan tidak.

Negeri ini memang mayoritas Islam, tapi warna keislamannya berbeda-beda dan pemerintah belum pernah membuat standar keislaman baku ala Indonesia. Orang Nahdliyyin bisa saja merujuk pendapat al-Salaf al-Shalih dan para imam-imam Mujtahid, tapi itu bagi intern NU yang belum tentu disepakati kelompok lain.

Darul Hadis atau LDII. Mereka Islam, tapi pentakfiran kepada selain mereka sangat kuat. Jika kita duduk di masjid mereka, langsung dipel segera setelah kita meninggalkan tempat itu karena dianggap najis. Artinya, secara tidak lengsung mereka menganggap kita masih kafir.
Pertanyaannya, lalu siapa yang kafir, kita atau mereka? Dan LDII urip ayem tak terusik.

Dalam tanggapan beliau, ada beberapa yang menarik:
Pertama, soal Hadis: "La nubuwwah ba'dy illa ma sya'a Allah".
Ya, memang riwayat yang masyhur tanpa tambahan istitsna' "illa ma sya'a Allah". Tapi riwayat itu benar-benar ada dan kami tidak mengada-ada.

Menurut studi Hadis, berbedaan matan itu bisa terjadi karena ikhtilaf al-riwayat. Dan jika sebuah matan bertentangan dengan matan mutawatir, maka dihukumi sebagai dha'if. Lantas, ahli Hadis bersilang pendapat soal makna bertentangan. Apa bertentangan maksudnya persis seperti sifat "Nushush Muta'aridlah" (yang satu melarang dan yang lain menyuruh, misalnya), atau sekadar beda varian (mukhtalifah), yakni pesannya sama, tapi ada sedikit panambahan atau pengurangan atau gaya bahasa berbeda.
Sebab riwayah al-Hadits bi al-ma'na dibolehkan. Al-Imam Ibn Qutaybah al-Dinawary memilih istilah Mukhtalifah meski Hadis-Hadis studinya berindikasikan muta'aridlah.

Silang pendapat kedua, soal status matan yang dianggap dla'if. Apakah ditinggalkan ataukah bisa dipakai sebagai penjelas. Sebagian ahli ilmu memilih sebagai fungsi penjelas. Itulah sebabnya maka jumhur mufassirin menganggap qira'ah Ahad tetap berfungsi sebagai dasar tafsir atas qira'ah mutawatirah "Yajri majra al-Tafasir"

(Nah al-Taisir:33). Dan menurut pilihan kami, Hadis ini lebih cokok masuk kategari mukhtalifah ketimbang muta'ridlah dengan alasan pesan dasarnya sama, meski ada sedikit penambahan. Karena itu, Abu Umar mensyarahi "illa ma Sya'a Allah" dengan al-ru'ya. Tapi Kiai Miftah memenggal syarah itu dan berhenti pada kata wallahu a'lam.

Padahal, kata "wallahu a'lam" itu jumlah mu'taridlah yang masih berlanjutana. Ta'bir lengkapnya begini.
"Qal Abu Umar: "Ya'ni al-Ru'ya - wallahu a'lam - al-laty hiya juz' minha ". Ru'ya yang merupakan bagian dari nubuwah. Dengan demikian, ada isyarat, bahwa al-ru'ya al-shalihah, pandangan bersih, ilham bagus, pemikiran cemerlang itu bagian dari pernik-pernik kenabian.

Justeru komentar Abu Umar ini malah mempertegas sekaligus memperlebar makna "illa ma sya'a Allah" dalam hadis tersebut. Sekali lagi, itu pendangan Abu Umar dan masih ada pandangan lain berdasar umum al-lafdh.
Kedua, soal pengkafiran orang yang tidak mau mengkafirkan orang kafir. Ya, kalau orangnya sudah jelas-jelas kafir nyel. Dan Hadis itu imbang dengan Hadis "barang siapa yang mengakfirkan kawannya padahal tidak begitu, maka cap kafir itu nampes ke dirinya sendiri".

Persoalan kini bukan saling mengakfirkan, tapi apakah Ahmadiyah yang masih mengimanai Allah SWT dan Nabi Muhammad SAW sebagi Rasulullah, melakukan shalat, zakat, puasa, haji tapi meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad itu sebagai al-Masih al-Muntadhar, atau sebagai nabi yang bukan membawa syari'ah itu bisa dihukumi kafir?.

Nabi (nabi') artinya orang yang mendapat berita dari Allah SWT, diberi naba'. Jadi, menurut lughah, semua orang yang mendapat bisikan atau naba' bisa disebut Nabi. Tapi sebatas itu saja. Sedangkan nabi beneran adalah orang yang dituruni Kalamullah, kitab suci, wahyu dan membawa syari'ah untuk umat, kayak Nabi Muhammad SAW, nabi Isa A.S. Nabi Musa, A.S. dll.

Sebagai bahan pertimbangan, jika ada orang yang percaya bahwa nabi Isa A.S. akan turun lagi ke bumi ini, apa itu tidak berarti mempercayai ada Nabi setelah Nabi Muhammad SAW?. Tentu dijawab:" TIDAK". Sebab Nabi Isa A.S. turun tidak membawa syari'ah baru, melainkan melanjutkan syari'ahnya Nabi Muhammad SAW". Padahal al-Qur'an tidak pernah mengatakan bahwa Isa akan turun lagi.

MUI yang menvonis Ahmadiyah sebagai sesat, mestinya diperjelas. Ini terma teologi yang sudah ada lebelnya. Apa kafir, murtad, Musyrik atau apa? Jika dijawab: Kafir, maka Penulis memohon kepada siapa saja agar berkenan menunjukkan dalil sharih dari al-Qur'an atau al-Hadis yang mengatakan, bahwa orang yang mempercayai orang lain sebagai al-Masih al-Muntadzar itu kafir? Jangan pendapat ulama dan jangan mafhum-mafhuman, ma'af, sebab kami sudah punya.

Soal Mirza Ghulam Ahmad, apakah dia berkata benar atau dusta?. Demi Allah, Penulis meyakini bahwa Mirza Ghulam Ahmad yang mengaku sebagai al-Masih al-Muntadzar atau sebagai nabi yang tidak membawa Syari'ah atau apa saja yang senada dengan itu adalah bohong besar, dusta, palsu dan penipu. Ya, tapi sebatas itu saja. Semantara keimanan jamaah Ahmadiyah, selagi meyakini "La ilah illa Allah, Muhammad Rasulullah ", mengerjakan shalat, zakat, puasa, haji dll. tetap dalam koridor Islam. Itu pendapat. Pendapat seorang santri yang sama sekali tidak pernah "bersentuhan" dengan JIL maupun AKKBB. Wallahu a'lam. (*)



Oleh: KH A Mustain Syafi'i MA, Pengasuh Tafsir Alquran Aktual HARIAN BANGSA
READ MORE - Ahmadiyah Masih Dalam Koridor Islami
SELENGKAPNYA - Ahmadiyah Masih Dalam Koridor Islami

Bos SPBU Dilaporkan Perkosa Artis Dangdut


Sidoarjo
HARIAN BANGSA
Nasib kelabu menimpa Dyah Tristia (23) gadis asal Desa Punggul Kecamatan Gedangan, Sidoarjo, yang kini menetap di Jakarta. Salah satu personel Trio Denok (grup penyanyi dangdut) itu mengaku menjadi korban perkosaan. Pelakunya, disebut-sebut bernama H Cho (51), seorang pengusaha SPBU asal Sedati, Sidoarjo. Tatkala perbuatan tersebut berbuah janin, H Cho ternyata ogah bertanggung jawab. Sikap itu memaksa artis berjuluk Titin Kharisma melapor ke polisi.
Kemarin (17/12), Titin datang ke Unit SPK (Sentra Pelayanan Kepolisian) Polres Sidoarjo, didampingi ibunya. Tapi karena dugaan perkosaan itu diduga dilakukan di wilayah Surabaya, pihak SPK akhirnya mengarahkan ke pihak Sat Intel Polres Sidoarjo, yang kemudian mengarahkannya untuk melapor ke PPT (Pusat Pelayanan Terpadu) Polda Jatim.
“Korban mengaku perkosaan itu dilakukan di sebuah hotel di Surabaya. Jadi kita tidak berwenang menangani kasus ini. Tapi yang jadi masalah, korban tidak tahu persis apa nama hotel tempat terjadinya perkosaan dan lokasinya di mana. Jadi kita arahkan dia untuk melapor ke PPT Polda Jatim,” ujar Kasat Intel Polres Sidoarjo, AKP Azizudin Patty, kemarin.
Diceritakan Titin, peristiwa berawal ketika ia bersama grupnya, Trio Denok, dibooking DPD PAN Sidoarjo untuk nyanyi pada acara khitanan massal Pakde Karwo, di Tanggulangin, 26 April 2008 silam. Usai manggung, Titin ternyata tak langsung dipulangkan. Bersama Dara, personel Trio Denok lainnya, ia diajak jalan-jalan oleh H Khu dan Dil, dua pengurus harian DPD PAN Sidoarjo. “Ayo belanja buat oleh-oleh ke Jakarta,” kata Titin menirukan ajakan H. Khu.
Awalnya, mereka makan-makan di RM Pak Sholeh di Pandaan, Pasuruan. Namun ajakan belanja, diduga hanya tipu muslihat. Lantaran usai makan, mereka tak diajak ke pasar, mal, atau semacamnya. Tapi malah diajak naik ke kawasan Tretes. Bahkan di lokasi yang identik dengan tempat mesum tersebut, H. Khu dan Dil sudah menyiapkan sebuah villa. “Ayo kita check in dulu,” kata Titin, masih menirukan ucapan H. Khu.
Namun ucapan yang diartikan sebagai ajakan berbuat mesum itu ditolak mentah-mentah Titin dan Dara. Titin-pun mengontak ibundanya, yang kontan marah-marah dan menyuruhnya pulang. “Bunda marah-marah kepada Dil, yang akhirnya mengontak H. Khu untuk membawa pulang aku dan Dara. Lalu aku bersama Trio Denok akhirnya pulang ke Jakarta. Padahal uang booking Rp 3 juta sampai sekarang belum dibayar,” tuturnya.
Tanggal 27 Agustus 2008, Titin pulang ke Sidoarjo. Kepulangannya ini diketahui Dil, yang kemudian mengontaknya. Dil saat itu mengenalkan seseorang bernama H. Cho, yang berjanji mempromosikan album perdananya. “Tanggal 29 Agustus, Dil dan H. Cho datang ke rumah. Aku kemudian izin Bunda, ikut Dil dan H. Cho mau promosi album dan jual kaset. Bunda pun memberi izin,” jujurnya.
Namun di tengah jalan, tepatnya di kawasan Jl Raya Sruni, Gedangan, Dil turun dari mobil. Ia berjanji akan menemui di Veranza (sebuah pub di Surabaya, red). Setelah itu, H. Cho dan Titin meluncur dan berhenti di Hotel Sinar, Sedati, untuk berbincang-bincang. Saat itu, H. Cho sempat menyatakan bakal menikahi Titin dan membelikan rumah serta mobil sport. “Tapi aku bilang saat itu, dia kan sudah punya istri? Malah dia bilang dua istrinya adalah mantan orang tidak bener,” ujar Titin.
Dari Hotel Sinar, keduanya menuju Veranza. Dalihnya, untuk menawarkan kaset. Namun sesampai di Veranza, Titin tak mau turun mobil. Ia mengaku malu, lantaran biasa menjadi bintang tamu di lokasi tersebut. H. Cho-pun masuk sendiri, dan minum-minum minuman beralkohol. “Sepulang dari Veranza, aku dibawa ke sebuah hotel yang berjarak sekitar 1 jam dari Veranza. Setelah masuk dan menutup rolling door, H. Cho langsung telanjang dan mengajak begituan. Tapi aku berontak dan sempat terjadi perang mulut,” paparnya.
Sambil marah-marah, H. Cho akhirnya keluar hotel dan mengunci Titin sendirian di dalam kamar. Titin mengaku tak bisa berbuat apa-apa, karena pintu rolling door dijaga dua orang bodyguard. “Mau menghubungi keluarga juga tidak bisa, karena aku saat itu tidak bawa ponsel. Sekitar pukul 04.00 pagi, H. Cho datang dan langsung memperkosa aku. Aku sudah berusaha melawan dan menendang tapi tetap tidak berdaya. Aku akhirnya berhasil dinodai dan dipulangkan pukul 15.00 sore,” tuturnya.
Usai peristiwa itu, H. Cho sudah tak bisa dihubungi lagi. Padahal ulahnya telah membuat perut Titin membuncit. Titin mengaku telah hamil sekitar 3 bulan. “Saat berhasil aku hubungi dan aku bilang kalau aku telat menstruasi, dia (H. Cho, red) malah menyuruh aku menggugurkan kandungan, tapi dilarang sama Bunda. Lalu dia sudah tak bisa dikontak lagi sampai sekarang ini,” ungkap Titin yang kemarin langsung beranjak ke Polda Jatim untuk melaporkan aib yang menimpanya. (ded)
READ MORE - Bos SPBU Dilaporkan Perkosa Artis Dangdut
SELENGKAPNYA - Bos SPBU Dilaporkan Perkosa Artis Dangdut

Tiap Hari, 100 Orang Jepang Bunuh Diri


Angka bunuh diri di Jepang melonjak drastis seiring krisis ekonomi. Dalam sehari, lebih dari 100 orang bunuh diri di Negeri Sakura itu selama April.
"Ini adalah akhir dari tahun finansial. Jadi saya kira masalah ekonomi menjadi pemicunya," kata Yasuyuki Shimizu, pemimpin Link, sebuah organisasi di Jepang yang mengampanyekan penghentian bunuh diri.
Dalam masa resesi ini, tambah Shimizu, akhir tahun finansial identik dengan kebangkrutan dan pemutusan hubungan kerja.
Angka bunuh diri di Jepang juga merupakan yang tertinggi dibanding negara maju lainnya. Selama tahun ini, dari 100.000 orang dilaporkan terdapat 24 kasus bunuh diri. Sementara AS hanya 11 dari 100.000 orang.
Data kepolisian Jepang yang dikutip Reuters, Kamis (28/5), menunjukkan jumlah orang bunuh diri di Jepang selama April tahun ini naik enam persen dibanding bulan yang sama tahun lalu.
Ini sejalan dengan anjloknya perekonomian Jepang sebesar empat persen selama perioden Januari hingga Maret, atau kuartal terakhir di tahun finansial ini.
"Masalah ini yang memicu orang kehilangan pekerjaan dan memutuskan untuk bunuh diri," papar Shimizu.
Menurutnya diperlukan jaring pengaman untuk menyelamatkan para pekerja yang di-PHK agar tetap hidup.
Kelompok usia menengah memiliki risiko tertinggi untuk bunuh diri, meski kelompok usia yang lebih muda juga menunjukkan peningkatan. Lebih dari 30.000 orang Jepang bunuh diri setiap tahunnya sejak 11 tahun terakhir.
Kepolisian Naional Jepang (NPA) mulai merilis data statistik angka bunuh diri setiap bulan, sejak tahun lalu. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi niat orang Jepang untuk mengakhiri hidupnya. (ton/okz)
READ MORE - Tiap Hari, 100 Orang Jepang Bunuh Diri
SELENGKAPNYA - Tiap Hari, 100 Orang Jepang Bunuh Diri

Iblis Menggugat Tuhan

SINOPSIS BUKU - Iblis Menggugat Tuhan : The Madness of God (Edisi Baru)
Kau bilang Adam berdosa gara-gara hasutanku? Kalau begitu, atas hasutan siapa aku melakukan dosa? Aku sebenarnya melakukan apa yang Dia perintahkan, dan aku sepenuhnya patuh pada keinginan Allah. Mau bagaimana lagi? Tak ada ruang yang luput dari kuasa-Nya. Aku bukanlah tuan bagi keinginanku sendiri.

Aku menyembah Allah selama 700 ribu tahun! Tak ada tempat tersisa di langit dan bumi di mana aku tak menyembah-Nya. Setiap hari aku berkata pada-Nya, “Ya Allah, anak keturunan Adam menolak-Mu, namun Engkau tetap bermurah hati dan meninggikan mereka. Tapi aku, yang mencintai dan memuja-Mu dengan pemujaan yang benar, Engkau buat menjadi hina dan buruk rupa.”

Lihatlah segala penderitaan dan kesengsaraan yang telah ditimpakan-Nya atas dunia ini. Lihatlah betapa Monster itu melakukan semuanya hanya untuk menghibur diri! Jika ada yang terlihat murni, dibuat-Nya ternoda! Jika ada yang manis, Dia buat masam! Jika ada yang bernilai, dibuat-Nya jadi sampah! Dia tak lebih dari sekadar Badut dan Pesulap Murahan, Pembohong Gila! Dan kegilaan-Nya masih terus membuatku lebih gila lagi!

The Madness of God menjadikan ketergelinciran Iblis, dan dakwaannya kepada Tuhan karena telah “menyesatkannya”, sebagai landasan bagi pertanyaan-pertanyaan mengenai kemungkinan kehendak-bebas di hadapan kemahakuasaan Tuhan. Pertanyaan yang berulang kali diajukan adalah: jika Tuhan Mahakuasa, dan tiada sesuatu pun yang dapat terjadi di luar kehendak-Nya, maka bagaimana mungkin makhluk dapat disalahkan karena dosa-dosanya?

Seiring dengan bergulirnya cerita, pembaca akan tenggelam dalam keyakinan tentang keesaan, kemahakuasaan, dan keadilan Tuhan. The Madness of God penting dibaca oleh para monoteis yang kritis. Shawni meramu adikaryanya ini dengan gayanya yang amat unik dan khas. Novel ini, terlepas dari judulnya yang provokatif, merupakan usaha Shawni dalam menyelaraskan keimanannya dengan akalnya.

RESENSI TERKINI - Iblis Menggugat Tuhan : The Madness of God (Edisi Baru)
Oleh : prayudi, 03 Agustus 2006-12:49:43
Rating
ALKISAH, seorang pendeta bernama Buhairah menarik diri dari gereja dan memutuskan hidup menyepi. Dalam kesendiriannya, dia menenggelamkan diri ke dalam kajian tehadap buku-buku Kristen. Namun upaya itu tak berhasil menghilangkan “kegelisahan” teologisnya.

Suatu saat, di dalam satu buku, Buhairah menemukan sebuah ramalan. Tentang tanda kenabian yang akan dilihatnya pada punggung seorang bocah kecil. Sebagaimana tercatat dalam sejarah Islam klasik, pada akhirnya Buhairah menemukan tanda kenabian itu di punggung muhamad SAW, yang kelak diangkat menjadi Rasul Allah.

Berangkat dari momentum pertemuan antara Buhairah dan Muhammad, Al Shawni memulai kisahnya. Tokoh Buhairah yang digambarkan sedang mengalami skeptisisme personal terhadap keesaan Tuhan diajak Rasulullah. Dia dibawa ke sebuah tempat yang jauh dari hiruk-pikuk keramaian, yang hanya diterangi kerlip dan redupnya bintang.

Di kesunyian itu, Buhairah mengalami komunikasi trsnsendental dengan sosok makhluk gaib yang tak lain adalah iblis. Mulai dari titik ini, pengarang menunjukkan “keliaran” imajinasi untuk meruncingkan konflik di dalam “tubuh” novelnya. Dengan teknik dan langgam penggisahan yang unik, Al-Shawni mendeskripsikan egosentrisme iblis.

Ketika pendeta Buhairah mempertanyakan latar belakang kesombongan iblis yang menolak sujud pada Adam, pengarang memanfaatkan moen itu untuk merumukan dalil-dalil filosofis dalam rangka menarasikan penggugatan iblis. Jelas sekali, Al-Shawni hendak menggelindingkan diskursus baru tentang riwayat pembangkangan iblis yang menolak sujud pada Adam.

Menurut Al-Shawni, penolakan iblis, yang kelak menjadi sebab keterkutukannya, bukan karena latar belakang ontologism. Bahwa iblis diciptakan dari api, sementara Adam hanya diciptakan dari tanah, sebagaimana penafsiran konvensional. Namun justru karena eksistensi Adam adalah pencerminan dosa-dosa iblis. Jadi, mana mungkin iblis mau bersujud pada cermin yang memantulkan buruk rupa wajahnya sendiri?

Bagi khalayak pembaca umum, membaca karya sastra adalah “menikmatinya”, bukannya menggali aspek-aspek kebenaran epistemologisnya. Jika pada paragraf-paragraf awal sebuah novel pembaca tak berhasil “meraih” kenikmatan dengan gambang mereka akan menutupnya.

Tetapi, sebagaimana diusung oleh Al-Shawni di dalam buku ini, barangkali membaca sastra tak cukup kalau sekedar menikmati. Pembaca perlu pemahaman yang intens, penafsiran kritis, dan yang lebih penting adalah penyingkapan misteri kebenaran epistemologis karya sastra sampai ceruk paling dalam.

Dalam buku ini, Al- Shawni seperti sedang mendadani karakter bejat iblis dengan jubah kebesaran filsuf yang penuh aura kearifan dan kejeniusan. Ia berhasil menggunakan metode adab al-jadl. Metode ini semacam kode etik berpolemik di kalangan pemikir muslim Abad Pertengahan, seperti muncul pada debat Buhairah dengan iblis.

Rentang panjang durasi konflik yang “meresahkan” itu, jika tak dilihat dengan ketajaman intuisi, bisa jadi akan melahirkan pembelaan atau bahkan pemenangan argumentasi iblis. Di sini, Al-Shawni tak hanya “menghidangkan” preposisi-preposisi logis untuk mendeklarasikan penggugatan iblis. Ia juga memperkuat argumentasi rasional dengan “meraih” metafora-metafora yang memukau dan sesekali mengejutkan.

Ketika Buhairah berupaya menyudutkan identitas iblis dengan stigma determinime kutukan Tuhan, dengan lihai Al-Shawni membela iblis. Caranya dengan menceritakan kisah Nabi Sulaiman yang sedang murka karena dikhianati burung bulbul, sahabatnya. Burung itu diperingatkan agar jangan menemui Sulaiman dulu, sebab emosi raja sedang memuncak.

Dikabarkan, Sulaiman berniat membunuh burung bulbul. Tapi, anehnya, bulbul bukannya takut pada ancaman sang raja. Bulbul justru bercicit kegirangan penuh suka cita. Riwayat Sualaiman dan burung bulbul ini, menurut Shawni, relevan dengan problem kemurkaan Tuhan pada iblis. Artinya, kemurkaan Tuhan pada iblis justru merupakan pertanda kedalaman cinta Tuhan kepadanya.

Dengan kata lain, dilaknati atau dimuliakan oleh Tuhan sudah tak berarti apa-apa lagi bagi iblis. Sebab esensinya adalah kadar kedekatan Tuhan dengannya. Sehingga kutukan pun dapat berubah menjadi berkah. Membaca “kenakalan” pikiran novelis ini, terasa Al-Shawni tak sekedar menggugat dogma keterkutukan iblis.

Novel ini, jika tidak dibaca hati-hati, sangat berpotensi “menggoda” pikiran pembaca untuk membela bahkan memenangkan gugatan iblis.
READ MORE - Iblis Menggugat Tuhan
SELENGKAPNYA - Iblis Menggugat Tuhan

Madrid: Pernikahan bintang sepakbola biasanya digelar secara meriah dan besar-besaran. Untuk mendapatkan foto kedua mempelai, tak jarang majalah terkenal menghabiskan jutaan pound untuk mendapatkan hak eksklusif. Mereka, para bintang, yang menjadi ‘raja’ dan ‘ratu’ dalam sehari itu niscaya bakal mengundang sejumlah teman dekat dan koleganya untuk menyaksikan acara sakral tersebut. Wajar, jika biaya resepsi membubung hingga jutaan pound (puluhan miliar rupiah).

Contohnya, seperti yang dilakukan David Beckham dan Victoria Beckham. Pesta pernikahan keduanya diklaim menelan ongkos sampai satu juta pound (sekitar Rp 16,5 miliar). Dua juta pound dikeluarkan bek kiri Chelsea, Ashley Cole saat menikahi Cheryl Cole di Hertfordshire, 2006. Yang paling wah, tentu saja resepsi bintang Manchester United, Wayne Rooney dan Coleen McLoughlin pada 2008 lalu yang disebut-sebut menghabiskan dana sekitar tiga juta pound (sekitar Rp 49,5 miliar).

Namun, lain halnya dengan sikap yang diambil bintang Liverpool, Fernando Torres. Seperti yang dilansir Daily Mirror, ujung tombak andalan Liverpool ini tanpa gembar-gembor diklaim telah menikahi wanita yang dipacarinya sejak masa kecil, Olalla Dominguez, pada Rabu, 20 Mei lalu. Saking enggannya mendapat liputan media massa, pernikahan yang digelar di kota kecil, El Escorial—terletak di bagian utara dari Kota Madrid—itu hanya disaksikan dua orang tamu.

Torres dan Dominguez telah hidup bersama sejak delapan tahun lalu. Pada saat acara ijab kabul dilakukan, Dominguez diketahui telah berbadan dua, hamil tujuh bulan. “Acara yang sulit diterima mengingat status superstar yang disandang Torres. Pernikahan itu berjalan dengan romantis, tanpa ada sedikitpun nuansa glamour,” ujar sang sumber.
READ MORE -
SELENGKAPNYA -

Senin, 25 Mei 2009

Alhamdulillah...... bukan saya yang menipu

Ucapan kalimat itu berasal dari bapak tua penarik becak di kawasan jalan demak Surabaya. Begitu menyentuh dan memberikan arti yang sangat dalam ketika mendengarnya. Awal cerita, ketika sedang menunggu dipinggir mushola dekat perempatan, terlihat bapak-bapak yang sudah tua, sedang membersihkan dan mereparasi becaknya. Disitu ada beberapa bapak-bapak sesama penarik / tukang becak. Dengan kesibukan masing-masing, saya mencoba mendekati bapak tua dan membantunya. Dari obrolan sambil membersihkan dan membetulkan beberapa bagian becak, di awal cerita sebuah jawaban dari pertanyaan yang terjawab adalah bapak tua itu hanya mengisi waktu dan kegiatan dengan menjadi penarik / tukang becak. Umurnya sudah 63 tahun, punya anak 3 dari istri pertama dan 2 anak dari istri kedua. ke-4 anaknya sudah mandiri, tinggal 1 anak yang masih sekolah di SMU. Perbincangan berlanjut, ternyata bapak tua itu pensiunan marinir angkatan laut, dan bapak tua itu punya 4 buah becak yang disewakan kepada orang lain. Satu becak yang sedang diperbaiki itu, ternyata baru didapatkan kembali setelah lebih dari 2 bulan tidak tahu dimana dan kemana si penyewa becak bapak tua itu. Setelah sekian lama, ternyata becaknya masih ada, dengan kondisi perlu perbaikan. Kalimat yang terlontar oleh bapak tua, sebagaimana judul ini, murni dari bapak tua, yang dengan hati bersyukur bahwa bapak tua itu merasa sangat berterima kasih dan memohon bimbingan dari Allah, untuk senantiasa menjaga dan meningkatkan kebersihan hati, jiwa dan iman. Beruntunglah mas.... katanya....alhamdulillah... bukan saya yang menipu orang lain.... Saya seperti ini karena ingin mengisi waktu dengan para tukang becak lain, kalau ada penumpang yang jauh, saya sudah tidak kuat, biar yang lain saja yang narik. Dirumah... saya tambah bingung... istri saya.. memasak di asrama (entah apa maksudnya) .. anak saya sekolah ... dari pada sendirian di rumah... saya kesini sambil nongkrong dan ngobrol dengan para tukang becak lainnya. Kalau dihitung-hitung.. pensiun saya ditambah hasil sewa becak .. sudah cukup untuk makan. Pembicaraan terputus karena terdengar adzan dhuhur dari mushola, ketika saya ajak bapak tua tadi untuk sholat berjamaah, bapak tua tadi bilang... sebentar mas.... saya pulang ... ganti baju dulu. Saat sholat dhuhur sudah selesai... ternyata bapak tua tadi sudah ada di barisan belakang. Alhamdulillah... dalam hati saya... saya dipertemukan dengan bapak tua, yang mengingatkan kita semua.... sambil saya bersalaman dengan bapak tua, saya titipkan ucapan... terima kasih... mohon tetap dijaga sholatnya.
READ MORE - Alhamdulillah...... bukan saya yang menipu
SELENGKAPNYA - Alhamdulillah...... bukan saya yang menipu

Template by:
Free Blog Templates